Gara-gara Kail Pancing Tersangkut

Pagi hari di tengah perairan laut Kalimantan, kapal ikan KM Bolang Jaya Baru-1 sedang labuh jangkar, Selasa (30/8/2022). Kapal ini sudah hampir sebulan berlayar sejak bertolak dari Pelabuhan Kejawanan Cirebon pada 3 Agustus 2022.

Bersama 12 awak kapal termasuk nakhoda, kapal ini sempat singgah di perairan Pulau Keramean untuk memancing cumi-cumi. Mereka di sana selama 15 hari sebelum melanjutkan pelayaran ke arah barat menuju perairan Kalimantan pada 23 Agustus 2022.

i sanalah semuanya bermula. Peristiwa kecil yang berakhir menjadi tragedi. Selama di sana aktivitas berjalan seperti biasanya. Akan tetapi, pada 26 Agustus, terjadi pertengkaran saat kail pancing Gunala tersangkut ke kail pancing milik Susan Toso hingga dua kali. Marah dan emosi, Susan Toso memukul Gunala. Beruntung bisa dilerai oleh anak buah kapal lainnya.

Keduanya kembali memancing. Lagi-lagi kail pancing Gunala tersangkut ke kail pancing Susan Toso. Pria itu tak dapat meredam emosinya dan kembali memukul Gunala.

Namun, berhasil dilerai. Sejak itu keduanya tak bertegur sapa. Hingga akhirnya tanggal 30 Agustus pukul 06.30, Susan Toso melihat sosok Gunala masuk kamar untuk tidur. Mereka baru saja selesai memancing.

Rupanya Susan Toso memendam rasa dendam. Dengan membawa gunting dan lilitan sarung di tangan kiri, Susan Toso menghampiri Gunala yang berbaring miring. Dengan kedua alat itu, ia menghabisi Gunala. Meski sempat berontak, nyawa Gunala tak tertolong.

Ilustrasi: Kompas/Supriyanto

Ilustrasi: Kompas/Supriyanto

Enggan Bangun dari Tidur

Bekas gedung bioskop Cempaka di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, menjadi saksi bisu akhir hidup Fatmawati. Suatu kali, perempuan yang biasa dipanggil Ipat ini tengah menghabiskan malam bersama sang suami, Zakaria alias Ijak, dengan menenggak minuman beralkohol di lantai empat bekas gedung bioskop itu, Rabu (2/22022).

Mereka lalu tertidur sampai akhirnya pukul 11.00 keesokan harinya Ijak terbangun lebih dulu. Dilihatnya Ipat masih tertidur di sampingnya. Ijak berusaha membangunkan sang istri, tetapi ia belum mau bangun.

Selang sejam kemudian, Ijak kembali membangunkan Ipat, tetapi istrinya itu masih enggan bangun. Hal ini membuat Ijak naik pitam. Kemarahannya memuncak. Ia lantas memukul Ipat beberapa kali di bagian kepala dan dada, lalu mengambil jepitan kuku. Dengan pisau kecil yang terdapat di penjepit kuku tersebut, Ijak menghabisi nyawa istrinya.

Sehari-hari Ipat bekerja sebagai pengemis, sedangkan Ijak tidak punya pekerjaan tetap. Keduanya menjadikan lantai empat bekas gedung bioskop Cempaka sebagai rumah mereka selama tiga tahun terakhir. Ijak dan Ipat sendiri sudah menikah secara siri selama lima tahun. Namun, keduanya kerap bertengkar seperti kesaksian orang-orang di sekitar mereka. Ipat kerap menerima perlakuan kasar dan kekerasan dari sang suami.

Kesal Disuruh Menanak Nasi

Hari Kamis (7/7/2022) pukul 17.10, Royen bin Melson (32) baru saja selesai mengambil air dari sumur dan mencuci piring ketika Mawar (55) memanggilnya. Bibinya itu ingin Royen membantu pekerjaan rumah lainnya, yakni menanak nasi. Permintaan sederhana yang entah mengapa justru membuat emosi Royen meledak.

Rupanya, sejak lama Royen memendam perasaan kesal karena kerap disuruh-suruh oleh sang bibi. Selama enam bulan terakhir, sang bibi tinggal di rumah Royen yang berlokasi di Desa Sungai Jeruju, Kecamatan Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.

Bukannya melaksanakan permintaan sang bibi, Royen yang dikuasai emosi lantas masuk ke kamar dan meraih pisau pemahat pohon karet. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai petani ini lalu menghampiri Mawar yang tengah duduk di ruang depan. Dengan masih dikuasai rasa marah, Royen menganiaya sang bibi dengan pisau di tangan.

Jeritan Mawar sempat menarik perhatian Heri dan Joni, tetangga yang tengah berada di teras rumah Royen. Mawar ditemukan dalam kondisi kritis. Ia dibawa ke Puskesmas Cengal. Sayang, nyawanya tak tertolong.

Ilustrasi: Kompas/Supriyanto

Ilustrasi: Kompas/Supriyanto

Dikira Tukang Sihir

Gara-gara dikira memiliki ilmu sihir, Subahral terpaksa menemui ajalnya dengan cara mengenaskan. Warga Desa Juruan Laok, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, itu dihabisi oleh sekelompok orang yang lebih dulu merencanakan pembunuhanannya.

Berawal pada hari Sabtu (25/5/2013), Atrawi berangkat dari rumahnya di Desa Ellak Daya, Kecamatan Lenteng, menuju rumah orangtuanya di Desa Batang-batang Daya. Di sana, sudah ada adik kandungnya, Punahwi, dan Rawi, teman mereka.

Punahwi kemudian menyampaikan usul untuk membunuh Subahral karena dianggap sudah mempraktikkan ilmu sihir yang menyebabkan kematian beberapa orang. Selain mertua dan ipar Punahwi, ada pula beberapa warga lain yang dianggap menjadi korban meninggal karena ilmu sihir Subahral.

Ketiganya dibantu empat orang rekan mereka lainnya kemudian menyusun rencana dan berbagi peran. Salah seorang bertugas mengganggu sapi milik Subahral agar pria itu keluar rumah. Beberapa orang lainnya berjaga di beberapa lokasi sekitar untuk mengamankan niat mereka.

Upaya memancing Subahral berhasil. Setelah korban keluar rumah, seseorang menaburkan serbuk putih ke arah muka Subahral. Dengan segera, Subahral yang kewalahan menjadi sasaran aniaya Atrawi, Punahwi, dan kawan-kawan dengan berbagai senjata hingga akhirnya pria itu tewas.

Ilustrasi: Kompas/Supriyanto

Ilustrasi: Kompas/Supriyanto

Sakit Hati pada Menantu

Malang nasib Re, bocah berusia 15 bulan. Akibat perselisihan antara ayah dan kakek tirinya, bocah itu menjadi korban.

Peristiwa bermula dari pertikaian antara Exwin Sastra Wijaya (25) dengan menantunya, Januar Adiansya, Selasa (5/9/2023). Pria yang tinggal di Desa Tanjung Jebat, Kecamatan Muaradua Kisam, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, ini merasa tersinggung dengan ucapan Januar.

Saat itu, ia mengingatkan menantunya itu untuk bekerja. ”Kau kerja! Kenapa tidak mau bekerja, sedangkan anak kau sudah dua,” ujar Exwin dalam nada tinggi.

Januar menjawab, ”Kau tidak perlu mengurusi aku. Kau urus saja dirimu sendiri, aku tidak takut sama kau.”

Mendengar jawaban itu, Exwin naik darah. Rasa sakit hatinya tak tertahankan. Pria itu pun berencana membalaskan sakit hatinya dengan membunuh anak Januar. Enam hari kemudian niat itu benar-benar dilaksanakannya.

Hari Senin (11/9/2023) pukul 08.00, Re baru saja selesai dimandikan oleh ibunya, Helse, yang juga anak tiri Exwin. Pria itu kemudian membawa Re dengan gendongan bayi dengan alasan hendak mengajaknya keliling naik sepeda motor.

Di dekat pondok di sebuah kebun kopi, Exwin menghentikan laju sepeda motornya. Re dikeluarkan dari gendongan lalu dalam sekejap, bocah tak berdosa itu ia banting. Tidak puas, Exwin sempat menganiayanya beberapa kali untuk memastikan Re tewas.

Ilustrasi: Kompas/Supriyanto

Ilustrasi: Kompas/Supriyanto

Akhir Tragis di Kebun Kentang

Panggilan telepon memecah keheningan pagi di Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (14/3/2023). Waktu menunjukkan pukul 06.49 ketika Ahmad Mustopa Kamil (33) mengangkat telepon yang berasal dari ibunya, Ayi Mustopa. Sang ibu memberi kabar bahwa seorang pegawai mereka, Jajang (58), kembali mencuri kentang di kebun milik ayah Ahmad, Asep Wakin.

Amarah seketika menguasai Ahmad. Keesokannya, pagi-pagi betul, Ahmad bergegas mencari Jajang. Sekitar pukul 05.30 ia mendapati Jajang di sebuah saung kebun kentang. Tanpa ba-bi-bu, Ahmad melayangkan pukulan bertubi-tubi ke kepala, perut, punggung, dan dada Jajang.

Pria itu pun lemas, tubuhnya terjatuh ke lantai saung. Lamat-lamat didengarnya Ahmad berteriak dalam Bahasa Sunda yang artinya, ”Pergi kamu, jangan di saung ini!”

Mendengar cerita itu, sang ayah mengingatkan Ahmad agar tidak mengulangi tindakannya. Keesokan harinya, Ahmad kembali ke kebun dan mendapati Jajang masih di saung tersebut. Ia kembali mengusir Jajang sambil menendang pria itu hingga terjatuh. Ahmad lalu pergi meninggalkannya begitu saja.

Enam hari kemudian, sang ayah memberi kabar bahwa Jajang ditemukan meninggal di salah satu gubuk di kebun. Jajang sudah 10 tahun bekerja membantu Asep Wakin. Sejak istrinya meninggal, hidup Jajang berantakan. Hari-harinya dihabiskan dengan merokok dan ngopi. Jika uangnya kurang, Jajang mencuri kentang.

Ilustrasi: Kompas/Supriyanto

Ilustrasi: Kompas/Supriyanto

Jiwa Melayang karena Uang

Permainan kartu yang semestinya seru berubah menjadi mimpi buruk bagi Petrus Rio Msen. Hari Sabtu (8/10/2022) pukul 21.00 WIT, sekelompok orang bermain kartu di pangkalan ojek di Desa Sorido, Distrik Biak Kota, Kabupaten Biak Numfor. Di antara mereka ada Guntur Andreas Mnumume (26) dan Petrus Rio Msen. Mereka bermain kartu sambil menenggak minuman keras.

Hari mulai berganti. Pada pukul 02.00, suasana berubah menjadi tegang gara-gara Guntur dan Petrus Rio terlibat perselisihan. Mereka meributkan uang Rp 50.000. Tidak jelas benar apa yang mereka pertengkarkan. Permainan kartu terhenti, beberapa orang pergi meninggalkan tempat tersebut.

Keributan antara Guntur dan Rio masih berlangsung. Guntur yang emosi lantas pulang ke rumah dan mengambil pisau tombak.

Ia kembali ke pangkalan ojek dan berteriak kepada Rio, ”Sini kalu ko jago ko sini om Rio.”

Mendengar itu, Rio mengejar Guntur lantas melemparinya dengan batu yang mengenai bagian belakang kepala dan membuat Guntur terjatuh. Rio kembali ke pangkalan ojek. Guntur yang semakin marah mengejar Rio dan menusukkan pisau ke tubuh pria itu. Rio sempat melawan akan tetapi lukanya terlalu fatal. Seorang rekan mereka melarikan Rio ke rumah sakit, tetapi nyawanya tidak tertolong.

Ilustrasi: Kompas/Supriyanto

Ilustrasi: Kompas/Supriyanto

Antrean Dipotong, Nyawa Hilang

Sore cerah di Kota Bitung, Kamis (24/8/2023). Josua Reynaldy Rumetor alias Jojo (19) sedang menunggu antrean untuk mengisi bahan bakar mobilnya di SPBU BCL. Untuk membunuh waktu, ia mengobrol dengan dua temannya, Andika Tagay dan Fresli Ratuliu.

Tiba-tiba datang Yufaldi Lamogia alias Aba dengan kendaraannya yang berhenti persis di samping mobil Jojo. Aba turun dari kendaraan lantas berjalan ke arah Jojo.

”Ih Aba Kiapa Ngana pe oto di sini dang so ba maso pa kita pe jalur (Eh, kenapa mobil kamu sudah di sini dan sudah masuk ke jalur saya?” tegur Jojo. ”Kita pe jalur ini (ini jalur saya),” kata Aba ngotot.

Adu mulut pun tak terelakkan. Aba lantas masuk ke dalam mobil dan memundurkannya. Sementara Jojo menyelinap ke arah mobil yang berada di belakangnya.

Dari seorang pria bernama Charles, ia meminjam sebilah pisau badik lantas menyelipkannya ke pinggang kanan. Jojo kembali ke tempatnya semula lalu berteriak ke arah Aba, ”Pergi sana”. ”Eh, kamu ngomong kasar sama siapa?” tanya Aba. ”Terus kenapa?” tantang Jojo.

Sejurus kemudian, Jojo mencabut badik dari pinggang kanannya. Dengan tangan kiri, pisau itu ia tusukkan beberapa kali ke arah Aba. Ketakutan, Aba melarikan diri. Lukanya yang parah mengantarnya pada kematian.

Ilustrasi: Kompas/Supriyanto

Ilustrasi: Kompas/Supriyanto

Menolak Masak, Istri Digasak

Ahmad Afandi baru saja tiba di rumahnya di Desa Sepayung, Kecamatan Plampang, Kabupaten Sumbawa, ketika mendapati rumah itu gelap, listriknya padam. Saat itu pukul 04.30, Kamis (10/9/2022). Sehari sebelumnya, Afandi pergi bersama beberapa rekannya untuk memperbaiki mesin perontok jagung di Bima. Afandi adalah pemilik usaha pembuatan mesin perontok jagung.

Afandi mengetuk pintu yang kemudian dibukakan oleh istrinya, Maryam. Afandi lalu meminta istrinya itu untuk memasak. Maryam tidak menghiraukan. Ia justru pergi ke belakang untuk mengambil air wudhu dan kembali ke kamar untuk menunaikan shalat shubuh. Sudah lama pasangan suami-istri ini tidak harmonis. Afandi menikah lagi dan kerap melakukan kekerasan terhadap Maryam.

Kesal karena merasa diabaikan, Afandi menuju kamar lalu melihat istrinya tengah shalat subuh. Tiba-tiba dengan tangan kanannya, Afandi membenturkan kepala Maryam ke tembok. Pria itu masih terus menganiaya sang istri hingga tak bergerak. Ia lantas mengunci kamar dan membuang kuncinya ke bak mandi yang penuh berisi air.

Afandi lantas memandikan dan menjemur burung peliharaannya di samping rumah. Anaknya sempat menghampiri untuk meminta uang saku sekolah. Afandi sempat melakukan serangkaian kegiatan lain. Sampai akhirnya ketika seorang rekannya datang ke rumah, Afandi berpura-pura istrinya tidak mau bangun. Setelah pintu didobrak terungkaplah bahwa istrinya sudah tak bernyawa. Affandi masih terus berpura-pura tak tahu apa-apa. Dari hasil pemeriksaan psikologis kelak, Afandi diketahui memiliki kecenderungan psikopat.

Ilustrasi: Kompas/Supriyanto

Ilustrasi: Kompas/Supriyanto

Tahun Baru Berawal Duka

Suasana pergantian tahun yang semestinya ceria berubah menjadi duka. Hari Minggu (1/1/2023), Ferdinandus Hebu pergi ke Pantai Ndaong bersama teman-teman. Sebagian membawa anggota keluarga.

Di sana mereka bakar ikan sambil minum-minum tuak. Semakin sore semakin tak terkendali.
Rombongan itu minum-minum sambil berjoget di area jalan raya yang menyebabkan pengendara sulit melintas. Salah satunya Tadeus Jemadu alias Tedi. Ia terpaksa mengendarai sepeda motornya di bahu jalan karena terhalang oleh Ferdinandus dan kawan-kawan.

Merasa kesal, Tedi melontarkan perkataan yang dianggap menghina. Akibatnya, Ferdinandus melemparinya dengan batu dan mengejarnya. Tedi berlari hingga bertemu dengan dump truck yang membawa rombongan warga kampungnya untuk pulang. Ia naik dan meminta bantuan.

Ferdinandus kemudian menghadang dump truck itu. Sempat terjadi adu mulut sebelum kemudian ia dikeroyok oleh beberapa orang. Meski Ferdinandus sempat melarikan diri, tetapi lukanya yang parah menyebabkan pria ini harus kehilangan nyawanya.

Ilustrasi: Kompas/Supriyanto

Ilustrasi: Kompas/Supriyanto

Bungkusan Roti Dikira Uang

Panggilan telepon dari Seruni yang minta dijemput, membuat Reza Astadi bergegas mengeluarkan sepeda motornya, Rabu (9/11/2022). Oleh karena sudah malam dan harus pergi ke lain desa, Reza minta ditemani oleh Yogi Ardian, temannya. Dari Desa Secanggang, keduanya menuju Desa Tanjung Ibus tempat Seruni, temannya itu berada. Di sana, Seruni ditemani Amelia Putri. Keempatnya lantas kembali ke Desa Secanggang, tepatnya ke rumah Amelia.

Di perjalanan, Reza dan Yogi sempat mampir ke warung untuk membeli roti dan rokok. Seusai sedikit mengobrol di rumah Amelia, Yogi mengajak pulang. Reza menolak karena masih ingin sejenak mengobrol. Pukul 22.30 kembali Yogi mengajak Reza pulang dan kembali ditolak. Yogi lantas pamit pulang. Ia berjalan kaki meninggalkan ketiganya. Sempat hendak disusul Reza, tetapi urung. Tak lama ketiganya menuju tempat tinggal masing-masing.

Yogi yang berjalan kaki, melintas di depan rumah Sopian alias Adek. Keduanya sempat bertukar sapa. Bahkan, Adek menyempatkan diri mendekati Yogi. Saat bercakap, Adek mendengar suara kresek-kresek dari saku baju Yogi. Entah apa yang dipikirkan Adek, ia menyangka ada bungkusan uang di saku itu. Niat buruk pun timbul.

Ia membujuk Yogi agar ikut dengannya. Yogi yang sedang suntuk mengikuti dari belakang. Di tengah perjalanan, Adek membuka kaus yang dipakainya lantas menggunakannya untuk memiting leher Yogi. Pria itu lantas menganiaya Yogi di sungai tak jauh dari situ.

Setelah memastikan Yogi tak bergerak lagi, Adek merogoh saku bajunya. Ditemukan sebuah ponsel dan dua bungkus roti. Tidak ada uang. Rupanya, yang dikira bungkusan uang adalah roti. Segera dilemparkannya roti itu ke sungai dan Adek meninggalkan Yogi begitu saja di tepi sungai.

Ilustrasi: Kompas/Supriyanto

Ilustrasi: Kompas/Supriyanto

Kehilangan Nyawa karena Dikira Babi

Karmarni Chaniago alias Kamar mempersiapkan senapan anginnya, Senin (4/2/2023). Sore itu ia niat berburu babi. Berangkat dari rumahnya dengan menunggang sepeda motor, Kamar menuju perkebunan sawit di Desa Tanjung, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Riau.

Sejam kemudian ia sudah mendekati wilayah yang dituju. Seusai memarkir sepeda motornya, Kamar masuk ke area kebun sawit lalu berjalan kaki sejauh satu kilometer. Tibalah ia di daerah tebing. Saat melihat ke bawah, ia melihat sosok bergerak-gerak di balik dedaunan pohon sawit.

Kamar, yang mengira sosok itu babi, bersiap mengokang senapan berburunya. Jarak sasaran kira-kira delapan meter dengan kemiringan 45 derajat dari arah Kamar. Dengan bantuan teropong senapan, Kamar membidik ke arah yang ternyata kepala Hendra, sosok yang dikira babi.

Dengan satu kali bidikan saja, Hendra jatuh terjengkang. Kamar menghampirinya dan baru menyadari bahwa yang ia tembak bukanlah babi. Namun, bukannya menolong, Kamar malah meninggalkan Hendra begitu saja. Senjatanya ia sembunyikan di bawah pohon busuk di belakang rumahnya. Malam hari ia melarikan diri ke rumah orangtuanya di Sumatera Barat.

Hendra ditemukan keesokan harinya oleh rekan-rekan kerjanya setelah sang istri melaporkan suaminya yang tak kunjung pulang. Sebelumnya, Hendra sempat meminta dibawakan bekal nasi kepada istrinya itu.

Ilustrasi: Kompas/Supriyanto

Ilustrasi: Kompas/Supriyanto